Senin, 09 April 2018

Karateristik Wirausaha Dalam Kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Indikasi sebuah bangsa maju dapat dilihat dari berapa jumlah warga negara yang memiliki posisi sebagai pengusaha. Saat ini jumlah pengusaha di Indonesia hanya berkisar di angka 570 ribuan orang atau 0.24%, padahal untuk menjadi bangsa maju dibutuhkan minimal 2% dari total populasi penduduknya, masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang mencapai 5% atau Singapura 7% bahkan Amerika dengan angka 11% penduduknya Santoso memiliki profesi sebagai pengusaha. Bangsa kita masih membutuhkan banyak sekali pengusaha yang dapat berperan aktif dalam percepatan pertumbuhan ekonomi.
Wirausaha adalah cikal bakalnya. Berwirausaha sekecil apapun bentuknya, bila dikembangkan dengan prinsip-prinsip ekonomi dan dilakukan secara profesional maka akan menumbuhkan jiwa entrepreneurship dalam diri kita, dengan wirausaha kita akan memiliki pengalaman yang bisa dipetik, bagaimana mengelola dan menjalankan suatu bisnis dengan baik dan benar serta bagaimana cara mengevaluasi agar bisnis dapat berkembang menjadi suatu usaha yang besar.
Banyak kisah inspiratif yang bisa dijadikan contoh bila kita memiliki niat dan kemauan untuk maju dan berkembang menjadi seorang pengusaha. Semua orang bisa dan memiliki kemampuan untuk menjadi seorang wirausahawan, tak perduli siapapun dan apa latar belakangnya.
Kesalahan klasik yang membuat orang tidak tertarik untuk terjun berwirausaha adalah faktor yang timbul dari luar dirinya; misalnya terlalu perhitungan untung rugi, keadaan tidak mendukung, kondisi finansial terbatas dan minimnya pengetahuan atau wawasan yang dimiliki pada bidang yang diminati. Banyak orang lupa bahwa justru faktor yang terpenting untuk bisa mengalahkan semua hambatan itu adalah apa yang ada didalam dirinya, “apapun bisa, bila dilandasi dengan niat dan tekad yang bulat”. Faktor dari dalam diri itulah yang kelak akan membedakan; antara mereka yang bisa menikmati hidup dengan memiliki banyak pengalaman mengesankan untuk dikisahkan atau mereka yang hidupnya biasa-biasa saja.
Menjadi seorang pengusaha memang tidak mudah, kita dituntut membangun dari nol dan bertanggung jawab sepenuhnya demi kelangsungan hidup usaha tersebut, bayangan merugi dan gagal selalu mengancam setiap saat. Berbeda dengan tipikal sebagai karyawan yang hanya melakukan tugas yang telah ditentukan dan mendapat imbalan gaji. Tapi image sulitnya menjadi seorang pengusaha tersebut tidaklah selalu benar. Banyak pengusaha yang bisa lebih menikmati hidup dan lebih santai dibandingkan saat masih berstatus seorang pekerja, asalkan kita tepat dalam memilih bidang usaha yang akan diambil.
Untuk menjadi seorang wirausahawan atau pengusaha anda dapat memulai dari dalam diri anda sendiri. Mulailah dengan membuka wawasan seluas mungkin, jalin relasi dan amati peluang yang ada di sekitar kita. Kuncinya adalah mencari dan menemukan bidang usaha yang anda sukai dan nyaman saat anda terlibat didalamnya. Misalnya suka tanaman, mulailah mencari informasi tanaman yang komersil. Menyukai bidang fashion, bisa mulai dengan membuka toko baju online, Suka burung lovebird, bergabunglah dalam komunitas pencinta burung, dalam waktu singkat saja anda dapat melihat banyak peluang disitu, misalnya beternak burungnya, menjadi supplier penyedia pakan dan vitamin atau membuat kandang atau aksesories dan kemudian menjualnya. 
Begitu pula dengan seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian menjual, mulai menawarkan ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik manajemen usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke mampuan personal selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang karateristik wirausaha guna penunjang dalam membantu menjalankan wirausaha serta meningkatkan keberhasilan dalam berwirausaha serta wirausaha dalam Bidan Praktik Mandiri (BPM).

1.2. Rumusan masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan wirausaha?
  2. Bagaimana karakteristik seorang wiarausaha?
  3. Bagaimana wirausaha dalam Bidan Praktik Mandirin (BPM)?


1.3. Tujuan
  1. Agar mahasiswa memahami maksud dari wirausaha.
  2. Agar mahasiswa memahami pengertian wirausaha menurut para ahli.
  3. Agar mahasiswa memahami tujuan dari wirausaha.
  4. Agar mahasiswa memahami manfaat dari wirausaha.
  5. Agar mahasiswa mamahami ciri-ciri dari wirausaha.
  6. Agar mahasiswa memahami faktor yang mempengaruhi wirausaha.
  7. Agar mahasiswa memahami karateristik seorang wirausaha.
  8. Agar mahasiswa memahami karateristik seorang wiraushaa menurut para ahli. 
  9. Agar mahasiswa memahami tentang wirausaha dalam Bidan Praktik Mandiri (BPM).


BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Pengertian Wirausaha
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian wirausaha sama dengan wiraswasta, yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur mengatur permodalan operasinya.
Menurut Dan Stein dan John F. Burgess (1993:35), wirausaha adalah orang yang mengelola, mengorganisasikan, dan berani menanggung segala risiko untuk menciptakan peluang usaha dan usaha baru.
Menurut Robert D. Hisrich et al. (2005) adalah proses dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil resiko utama dengan syarat-syarat kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin baru atau unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan dengan penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber-sumber daya.
Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995: “kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja baru, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar”.
Menurut Heri Wibowo (Buku Kewirausahaan , Heri Wibowo: 2011), Kewirausahaan adalah sebuah mindset  (pola pikir) dan method (metode). Keduanya dapat berdiri sendiri maupun bersama-sama. 
Sebagai mindset , kewirausahaan mewakili pola pikir, asumsi dasar, nilai atau yang mendasari pemikiran kita. Ia adalah ‘sesuatu’ yang berbeda diantara stimulus dan respon. Ia adalah pembeda antara seorang individu dengan individu lainnya. Mindset adalah hal yang berpotensi mewarnai pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan kita. Mindset wirausaha dalam hal ini adalah pola pikir positif, pantang menyerah, selalu berusaha melihat peluang.
Selanjutnya, sebagai metode (method), tentu saja aktivitas wira usaha memiliki langkah/cara/strategi tertentu untuk dapat sukses (tidak terlalu mudah gagal). Dari sekian banyak kasus, tentunya ditemukan formula/rumus ideal bagaimana cara memulai aktivitas wirausaha dengan baik, dalam arti berpeluang mendapatkan profit sekaligus memiliki sedikit peluang untuk bangkrut. Metoda dalam hal ini bagaimana aktivitas kewirausahaan ini dijalankan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga menghasilkan keuntungan bagi pengelolanya. Secara umum metode ini juga dapat dibagi dua yaitu business content (jenis bisnisnya/produk/barang), dan business context (yaitu perrangkat bisnisnya, mulai dari manajemen keuangannya, pemasaran, sdm, dan lain-lain).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.

2.2. Tujuan Wirausaha
1. Memberikan kesadaran pada masyarakat tentang kewirausahaan.
Jika seseorang sudah memulai dan menjalani kewirausahaan, lalu sukses menjadi seorang wiraswasta, maka hal itu akan membuat masyarakat tergerak untuk ikut berwiraswasta. Melihat kesuksesan tersebut akan membuat masyarakat mencari tahu apa saja tips dan trik yang harus dilakukan seseorang agar sukses berwiraswasta. Bukan hanya belajar menjadi seorang wirausaha saja, tetapi juga belajar menjadi pribadi yang tangguh dalam menjalankan usaha.

2. Membudayakan sikap, perilaku dan semangat dan kemampuan dalam menjadi wirausahawan.
Dalam mempelajari kesuksesan seseorang, maka masyarakat pun akan belajar berperilaku menjadi seperti orang yang sukses tersebut. Mereka akan mencoba berwirausaha dengan semangat dan daya juang yang gigih untuk mendapatkan keberhasilan dari usaha yang mulai dijalaninya tersebut.

3. Meningkatkan jumlah wirausaha yang memiliki kualitas baik.
Saat seseorang menjadi wirausaha tentunya orang itu membutuhkan sumber daya manusia yang baik dalam membantu menjalankan usahanya. Sehingga seseorang yang berwirausaha harus memberdayakan sumber daya manusia untuk meningkatkan pencapaian usahanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Ketika ia sudah berhasil, maka sumber daya manusianya bisa membuka lapangan pekerjaannya sendiri.

4. Dapat memajukan juga menyejahterakan masyarakat.
Suatu usaha yang sudah sukses dan besar tentunya membutuhkan banyak karyawan atau sumber daya manusia yang bisa membantu mempertahankan usaha tersebut. Ketika anda berwirausaha dan memberdayakan sumber daya manusia, maka anda sudah mengurangi jumlah pengangguran. Tidak hanya itu saja, seseorang yang sudah mempunyai pekerjaan tetap juga dapat mencapai kemajuan dan kesejahteraannya sendiri.

2.3. Manfaat Wirausaha
Thomas W. Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan adalah sebagai berikut:
  1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
  2. Memberi peluang melakukan perubahan.
  3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya.
  4. Memiliki peluang untu meraih keuntungan seoptimal mungkin.
  5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya.
  6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya.


2.4. Ciri-ciri Wirausaha
1. Selalu berpikir positif.
Berpikir positif selalu menjadi hal yang penting dalam setiap langkah yang kita ambil dalam hidup. Begitu pun dengan berwirausaha, anda harus selalu berpikir positif akan setiap peluang yang ada sehingga anda tidak dihantui oleh rasa takut akan gagal dan anda akan bersikap optimis pada setiap hal yang terjadi saat menjalankan usaha.

2. Bersikap percaya diri.
Selain memiliki sikap yang berani anda juga harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menjalankan usaha dan perusahaan yang anda dirikan sendiri. Secara tidak langsung, sikap percaya diri ini akan mendukung anda dalam mengerjakan setiap pekerjaan serta menjalaninya dengan sikap yang tenang.

3. Berani mengambil setiap resiko yang ada.
Resiko akan selalu ada dalam setiap pilihan atau keputusan yang anda ambil, maka dari itu anda harus selalu berani menghadapi resiko apapun yang mungkin terjadi pada usaha anda. Resiko yang mungkin terjadi itu misalnya kecelakaan, kerugian, dan kegagalan. Semua itu harus selalu anda hadapi, karena dalam berbisnis semakin tinggi resikonya maka keuntungannya pun akan semakin besar.

4. Berjiwa pemimpin.
Ini juga menjadi modal utama anda dalam mendirikan suatu perusahaan karena di sini anda menjadi pemimpinnya. Jika terjadi suatu persoalan atau masalah yang tiba-tiba muncul, anda harus sigap berada di depan untuk menghadapinya dan berusaha memecahkannya tanpa membebankan orang lain.

5. Selalu berorientasi ke depan.
Seorang enterpreuner sejati harus selalu siap dalam berpikir bagaimana situasi ke depan serta memiliki prediksi yang tepat dalam mencari peluang yang baru untuk kemajuan usahanya. Seorang wirausaha harus memiliki literasi yang kuat dan keluasan wawasan untuk mengembangkan setiap ide untuk masa depan.

6. Berorientasi pada hasil.
Setiap anda menjalankan tugas sebagai seorang wiraswasta, maka anda harus selalu berorientasi pada setiap hasil yang ada. Ini juga penting karena setiap hambatan yang mungkin muncul tidak akan membuat anda menyerah tapi anda akan merasa tertantang sehingga hasilnya pun sesuai dengan yang sudah direncanakan.

2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Wirausaha
1. Faktor Sikap Percaya diri. 
Menurut Bygrave (1994) menyatakan bahwa wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang mampu melihat peluang dan berusaha menciptakan cara untuk mendapatkan hasil dari peluang tersebut. Sementara itu, Meng &  Liang(1996) merangkum pandangan dan definisi wirausaha dari beberapa ahli dan mendifinisikannya sebagai orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut kreatif, inovatif dan proaktif; berani mengambil resiko; memiliki visi dan misi yang jelas; memiliki kebutuhan berprestasi tinggi; tekun dan memiliki rasa tanggung-jawab yang tinggi; percaya diri; serta bersemangat dan penuh antusias.

2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil. 
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif prestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu.Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman mereka selama bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi.
Geoffrey G. Meredith dalam Suryana,(2001) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan yaitu berorientasi pada tugas dan hasil yaitu : 
(1). Memenuhi kebutuhan akan prestasi. 
(2). Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun dan tabah, tekad kerja keras.
(3). Berinisiatif

3. Pengambilan Resiko.
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil suatu resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Dalam situasi resiko dan ketidak pastian inilah wirausaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Pilihan terhadap resiko ini sangat bergantung pada:  
  1. Daya tarik setiap alternative.
  2. Siap untuk mengalami kerugian.
  3. Kemungkinan relatif untuk gagal atau sukses.
  4. Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan oleh keyakinan pada diri sendiri.
  5. Kesediaan menggunakan kemampuan dalam mencarai peluang.
  6. Dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.
  7. Kemampuan menilai situasi resiko secara realistis.

Wirausaha penuh resiko dantantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku dan sebagainya. Namun semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Oleh sebab itu, pengambil resiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan. 
Geoffrey G. Meredith dalam Suryana, (2001) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan yaitu berani mengambil resiko yaitu Berani dan mampu mengambil resiko kerja dan menyukai pekerjaan yang menantang

4. Keorisinilan.
Nilai inovatif, kreatif dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara – cara baru yang lebih baik. Wirasasmita (2003) ciri –cirinya sebagai berikut : 
Tidak perna puas dengan cara yang di lakukan  saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik. 
Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya. 
Selalu ingin tampil berbeda atau memanfaatkan perbedaan. Maksud dari teori di atas adalah tidak hanya mengikuti orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri dan terdapat kemampuan untuk melaksanakan sesuatu.  

5. Berorientasi  Masa Depan.  
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persfektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat resiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan. Pandangan yang jauh kedepan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu ia selalu mempersiakannya dengan mencari peluang. Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan, seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah langkah yang akan dilaksanakan. 

Zimmerer (1996:14-15) dikutip oleh Suryana(2003:44) mengemukakan beberapa faktor - faktoryang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia maupun kemampuan  mengintegrasikan operasi perusahaan.
Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mangatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menetukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar ber-operasi karena kurang efisien.
Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisien dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah–setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan manjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat paralihan setiap waktu.

Selain faktor–faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996:17) dikutip oleh Suryana (2003:45) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu:
Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap partumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu–waktu bisa rugi dan sewaktu–waktu juga bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998), tingkat mortalitas/kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78%. Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan sebaiknya dipandang sebagai pelajara berharga.
Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri mulai dari pembelian, pengelolaan, penjualan dan pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni. Kualitas kehidupan yang tepat rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat, maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.

2.7. Karateristik Wirausaha
Karakteristik adalah sifat atau tingkah laku dari seseorang. Sehingga dapat diartikan bahwa karakteristik wirausaha adalah sifat atau tingkah laku yang khas dari wirausahawan yang membedakannya dengan orang lain.
Karakteristik yang perlu dimiliki seorang wirausaha, antara lain adalah :
1. Disiplin.
Kerja keras dan disiplin merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang dalam berwirausaha. Selain kerja keras ia juga harus disiplin dalam melaksanakan usahanya, sebab meskipun orang bekerja keras tetapi kalau tidak disiplin, usahanya kurang berarti. Para wirausaha yang mempunyai kemauan keras dan penuh disiplin akan dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja secara bersungguh-sungguh. Disiplin berasal dari bahasa Inggris (disciple) yang berarti pengikut atau murid. Perkataan disiplin mempunyai arti latihan dan ketaatan kepada aturan.

2. Komitmen tinggi.
Sikap yang memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran yang berlaku, tidak sekalipun mengingkarinya walaupun dengan dirinya sendiri, serta selalu berusaha menyesuaikan kata dan perbuatan.

3. Jujur.
Sikap jujur dalam berwirausaha artinya bahwa seorang wirausaha harus mau dan mempu mengatakan apa adanya, kejujuran dapat disamakan dengan amanah yang harus dijalankan.
Amanah yang diartikan apabila diberi kepercayaan tidak berkhianat, kalau berkata selalu benar, jika berjanji tidak ingkar.

4. Kreatif dan Inovatif.
Menurut Theodore Levitt, kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir yang baru dan berbeda. Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh itu menurutnya kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Woolfolk, kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Conny Semiawan, menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan suatu produk baru. Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003:24) dalam bukunya “Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Jadi, secara umum kreativitas bisa diartikan kemampuan untuk membuat kombinasi baru atau produk baru. Dapat juga kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas adalah kemampuan seseorang melahirkan sesuatu (produk) yang baru. Innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich people’s live, Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan. Inovatif merupakan terobosan baru. Inovatif dalam berwirausaha berarti suatu proses untuk dapat mengubah peluang usaha menjadi gagasan baru yang dapat menghasilkan uang. Apabila seorang wirausaha ingin sukses, ia harus dapat membuat produk yang dihasilkan dengan inovasi-inovasi baru. Salah satu penyebab kegagalan dalam berwirausaha biasanya terletak pada keterlambatan berinovasi dalam produk, pelayanan serta pemasarannya.

5. Mandiri dan realistis.
Sikap untuk tidak menggantungkan keputusan akan apa yang harus dilakukan kepada orang lain, sesuatu dikerjakan memang karena kemampuannya sendiri serta tidak pernah merasa besar karena orang lain, tetapi besar karena usaha kerasnya.
Pribadi mandiri ialah dia yang tahu siapa dan apa dia itu, dia adalah seorang manusia yang tahu apa yang dilakukannya, karena sadar apa yang dituju. Pribadi itu utuh dan tidak berantakan. Ia tahu akan menerima baik keunggulan maupun kelemahannya. Ia menerima dirinya sendiri dan orang lain apa adanya. Ia tidak berkelit menghadapi kenyataan. Dalam menjalankan pekerjaannya ia selalu berdasarkan atas bakat dan kemampuan yang dimilikinya (realistis) dan bekerja menurut keyakinan serta kemampuannya sendiri (mandiri) dan percaya kepada nasibnya sendiri. Seorang wirausaha dia dapat menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain.

Selain hal-hal diatas, masih ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha, yaitu :
1. Berani menghadapi resiko.
Richard Cantillon, orang yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorag yang menanggung resiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melaikan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah di perhitungkan dengan seksama dan realistis. Keberanian menghadapi resiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya.

2. Selalu mencari peluang.
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan. Karena wirausaha adalah seseorang yang merasakan adanya peluag, mengejar peluang-peluang  yang sesuai dengan situasi dirinya, dan percaya bahwa kesuksesan merupakan suatu hal yang dapat dicapai.

3. Memiliki jiwa kepemimpinan. 
Seseorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan krativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk baru dan berbeda, sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menjadi nilai tambah. Karena itu, perbedaan bagi seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai tambah. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik mediator dan negosiator daripada diktator.

4. Memiliki kemampuan manajerial.
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemapuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengolah usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan managerial yang wajid dimiliki oleh seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan keberahasilan yang diperoleh tetapi kegagalan usaha yang akan dituai.
Untuk menuju terwujudnya wawasan kewirausahaan, maka salah satu kuncinya adalah menciptakan organisasi usaha yang dinamis dan fleksibel, manajer bervisi kedepan, serta lingkungan kerja yang kondusif.

5. Memiliki keterampilan personal.
Seorang wirausaha harus percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilasanakannya, mau dan mampu mencari serta menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut, mau dan mampu berkomunikasi dengan siapapun, mencintai kegiatan usahanya, menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin, mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri demi meningkatkan usahanya dan memotivasi orang lain serta melakukan perluasan dan usaha, serta berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

2.8. Wirausaha Dalam Bidan Praktik Mandiri (BPM)
Dari definisi-definisi pada sub 1.1. bila dihubungkan dengan praktik Kebidanan, maka penulis menyimpulkan bahwa: kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah Sebuah mindset dan method  yang harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Klinik Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya. 
Bidan praktek swasta merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki SIPB sehingga dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program.
Jasa praktek bidan swasta biasanya merupakan usaha yang dijalankan oleh seorang yang memiliki keahlian atau berprofesi sebagai seorang bidan. Kadangkala usaha praktek bidan yang mereka jalankan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan dengan gaji bulanan mereka. Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita, kesehatan ibu dan anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan balita tahap awal. Besarnya tarif biasanya disesuaikan dengan kondisi wilayah mereka tinggal dan kesenioritasan yang mencangkup keahlian bidan tersebut.
Untuk bidan praktek swasta di daerah pedesaan tarif yang ditetapkan untuk persalinan sebesar 450.000 sampai 500.000 rupiah. Untuk imuninasi (dalam bentuk paket) ditetapkan tarif seharga 10.000 rupiah. Pemeriksaan kehamilan berkisar antara 17.000 (sudah termasuk pemberian vitamin plus kalsium) dan 25.000 rupiah jika terdapat keluhan seperti batuk dan pilek.
Harga pemeriksaan balita tahap awal sebesar 15.000-20.000 rupiah mencangkup tumbuh kembang balita, gerak motorik dan sensorik apakah sesuai dengan umur balita atau tidak, BB/TB dan pengobatan sementara jika ada keluhan. Namun jika dalam 3 hari tidak ada perubahan akan dilakukan rujukan ke dokter umum ataupun spesialis. Pelayanannya-pun semakin hari semakin inovatif. Ada bidan yang memberikan tambahan pelayanan dengan menjemput pasien yang akan melahirkan. Tidak hanya sebatas itu, si pasienpun diantar pulang setelah proses persalinan.
Selain memberikan produk berupa jasa antenatal care (pemeriksaan kehamilan), menolong persalinan serta pengawasan masa nifas, KB, Imunisasi, konselor pasangan usia subur dan wanita pascamenopause atau menopause, seorang bidan dengan ilmu yang ia miliki dapat mebuka usaha baru seperti layanan baby messege, baby spa, baby gym, kelas senam hamil dan ibu nifas, senam prakonsepsi dan konsepsi, membuat produk makanan tambahan untuk bayi usia 6 bulan ke atas yang bergizi dan masih banyak lagi.

BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan 
Wirausaha adalah seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.
Untuk menjadi seorang wirausaha, kita harus memiliki karakteristik kerja keras dan disiplin, komitmen tinggi,  jujur, kreatif dan Inovatif, mandiri dan realistis. Selain itu, masih ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha, yaitu berani menghadapi resiko, selalu mencari peluang, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kemampuan manajerial, memiliki keterampilan personal.
kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah Sebuah mindset dan method  yang harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Klinik Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya. 
Selain memberikan produk berupa jasa antenatal care (pemeriksaan kehamilan), menolong persalinan serta pengawasan masa nifas, KB, Imunisasi, konselor pasangan usia subur dan wanita pascamenopause atau menopause, seorang bidan dengan ilmu yang ia miliki dapat mebuka usaha baru seperti layanan baby messege, baby spa, baby gym, kelas senam hamil dan ibu nifas, senam prakonsepsi dan konsepsi, membuat produk makanan tambahan untuk bayi usia 6 bulan ke atas yang bergizi dan masih banyak lagi.

3.2. Saran
Untuk menjadi wirausaha yang sukses dam berhasil dalam usahanya ada baiknya seorang wirausaha membentuk karakteristik seorang wirausaha sesungguhnya dalam dirinya. Menjalankan sebuah usaha tidaklah muda, selain berhadapan dengan ketidak pastian kita juga bertarung melawan kerasnya bersaing dalam berusaha maka jadilah wirausaha yang bekerja keras dan pantang menyerah.


DAFTAR PUSTAKA


Almar, Buchori. 2001. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Anonim. Tanpa tahun. Hakikat dan Konsep Dasar Kewirausahaan. Adesyams. Blogspot.com/.../hakikat-dan-konsep-dasar-kewirausahaan. diunduh 29 Desember 2011.
Anonim. Tanpa tahun. BPS. http://bisnisukm.com/jasa-praktik-bidan-swasta.html. diunduh 03 Januari 2012.
Hariz Sastrawinata. Kepemimpinan Organisasi dalam manajemen Kebidanan Komunitas. Harizsastrawinata.blogspot.com/2011. diunduh
04 Januari 2012 .
Kepmenkes RI. Permenkes 1464/2010 Tentang Praktik Bidan. Jakarta.
Lupiyodi, Rambat. 1998. Wawasan kewirausahaan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.
Meredith, G. Goffrey. 1996. Kewirausahaan: Teori dan Praktis. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Prihatin Dwi Riyanti, Benedicta. 2003. Kewirausahaan dari sudut pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Grasindo.
PP-IBI.2011. Lima Puluh Tahun Ikatan Bidan Indonesia. Cetakan ke-3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar